Tampilkan postingan dengan label Jadwal Kajian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jadwal Kajian. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Juli 2014

NU dan Muhammadiyah Promosikan Demokrasi Nusantara di Jerman

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Jerman Raya dan Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Jerman bekerja sama untuk mempromosikan demokrasi Nusantara di salah satu negara besar di Eropa itu.

"Keberadaan kami di Jerman ini harus jadi momentum untuk sama-sama menyuarakan Islam Indonesia yaitu Islam Nusantara yang berkemajuan di kancah dunia," kata Ketua PCIM Ridho Al Hamdi lewat keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Selasa.

NU dan Muhammadiyah Promosikan Demokrasi Nusantara di Jerman (Sumber Gambar : Nu Online)
NU dan Muhammadiyah Promosikan Demokrasi Nusantara di Jerman (Sumber Gambar : Nu Online)

NU dan Muhammadiyah Promosikan Demokrasi Nusantara di Jerman

Ridho mengatakan Muhammadiyah dan NU di masa kini sudah bukan saatnya untuk mempersoalkan pertentangan internal karena tantangan eksternal semakin kompleks.

"Kita lelah kalau ribut intern yang tidak ada ujung pangkalnya," kata kandidat doktor ilmu politik di TU Dortmund University ini.?

Sang Pencerah Muslim

Ridho mengatakan saat ini adalah momentum yang baik bagi Muhammadiyah dan NU untuk sama-sama bermain cantik di kancah internasional melalui Jerman di saat Timur Tengah terkena badai konflik dan politik yang tidak stabil.

"Siapa yang tidak tahu Jerman, negara yang kuat dan mapan secara politik, ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Di sini pula ada sumber teknologi, sains, kedokteran, kesehatan bahkan filsafat dan seni juga kuat. Jadi, tentu PCIM dan PCINU di Jerman punya nilai lebih dan nilai stategis di tingkat dunia," kata dia.

Sang Pencerah Muslim

Senada, Ketua PCINU Jerman Zacky Khairul Umam mengatakan Muhammadiyah dan NU harus mengambil momentum strategis bahwa Islam dan demokrasi dapat bersatu di tengah situasi politik di kawasan Timur Tengah sedang kacau balau. Hal ini dibuktikan dari posisi Indonesia yang dapat menyelaraskan Islam dengan demokrasi.

PCIM Jerman Raya dan PCINU Jerman ke depannya akan memperkuat kerja sama dua organisasi Islam terbesar Indonesia tersebut, dengan fokus merespon isu Islamophobia di Eropa.?

Beberapa hal bisa dilakukan dengan seminar, konferensi pers ke media Jerman dan atau pelatihan. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Jadwal Kajian, Khutbah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 13 Mei 2014

IPNU Banyuwangi Lakukan Pembentengan Ideologi di Masjid

Banyuwangi, Sang Pencerah Muslim

Ketua Koordinator Kecamatan (Korcam) 2 Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) M. Sholeh Kurniawan melaksanakan sosialisasi organisasi di masjid Baitul Huda, Dusun Jurang Jero, Desa Kali Rejo, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi.

Pada sosialisasi Kamis (19/11) tersebut, Sholeh mengingatkan pentingnya pelajar NU untuk membentengi diri dari ideologi radikal yang menggunakan cara-cara kekerasan dan teror.

IPNU Banyuwangi Lakukan Pembentengan Ideologi di Masjid (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU Banyuwangi Lakukan Pembentengan Ideologi di Masjid (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU Banyuwangi Lakukan Pembentengan Ideologi di Masjid

"Kejadian bom melotov di gereja Oikumene, Samarinda adalah potret negara kita masih belum maksimal menjalankan semboyan bangsa yang begitu indah Bhinneka Tunggal Ika,” katanya melalui siaran pers Ahad (20/11).

Sang Pencerah Muslim

Masalah tersebut, lanjutnya, memicu Korcam IPNU untuk lebih menggaungkan kembali syiar NU, khususnya kepada pelajar dan pemuda. Karena, pelajar dan pemuda yang menjadi ajang rebutan penanaman ideologi radikal dan teror tersebut.

Kegiatan tersebut dihadiri Ketua Takmir Masji Baitul Huda Abdul hakim. Dalam sambutannya, ia menyinggung hal yang bernada sama.

Sang Pencerah Muslim

"Oleh karenanya saya sebagai takmir, sangat bangga dan mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran pengurus cabang IPNU IPPNU Banyuwangi. Saya yakin secara otomatis, ideologi dari organisasi ini mengajarkan keaswajaan dan menjunjung nilai-nilai toleransi dalam beragama dan bernegara. Saya mengharapkan untuk sering-sering mengadakan berbagai kegiatan di dusun kami yang juga melibatkan peran pemuda. Disamping juga memberikan penguatan Ahlussunnah wal-Jamaah secara kaffah di setiap pemikiran serta amaliyahnya," harapnya.

Hal demikian disampaikan sesepuh Dusun Jurang Jero H. Fauzan. "Almarhum Kiai Abbas ketika mengaji kitab Riyadus Sholihin mengatakan, ‘kalian kalau tidak ingin hidup sengsara jangan sampai keluar dari ini’ (sembari telunjuknya menunjukkan di lambang organisasi NU). Terbukti, ada kawan saya saat ini hidup sengsara karena keluar dari NU, yang juga tak menggubris nasihat kiai Abbas," kenang Fauzan di depan puluhan pemuda dan pemudi sebelum membacakan doa, yang juga sebagai santrinya dulu.

Salah seorang Pengurus Cabang IPPNU, Fitriyah, mengaku menerima banyak manfaat ketika berjuang di bawah panji Nahdlatul Ulama. “Karena saya berani dan bisa ngomong di depan salah satunya ikut organisasi ini. Juga saat ini saya di percaya menjadi salah satu staf di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi.” (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pemurnian Aqidah, Jadwal Kajian Sang Pencerah Muslim

Minggu, 03 Februari 2008

Pelajar NU Cirebon Perkaya Konten Positif di Internet

Cirebon, Sang Pencerah Muslim

Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Cirebon, mengggelar pelatihan website dengan tema “Menebarkan Damai Melalui Kanal Viral” di Broadband Learning Center (BLC), Plasa Telkom Krucuk, Cirebon, Jawa Barat.

Pelajar NU Cirebon Perkaya Konten Positif di Internet (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Cirebon Perkaya Konten Positif di Internet (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Cirebon Perkaya Konten Positif di Internet

Pelatihan yang berlangsung Jumat (11/03) ini diikuti oleh peserta yang terdiri dari sebagian pengurus PC IPNU-IPPNU Kabupaten Cirebon dan perwakilan pengurus Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Komisariat IPNU-IPPNU setempat.

“Kegiatan ini berlangsung sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Dengan narasumber Mubarok Hasanudin. Pelatihan Website ini diikuti oleh 20 peserta,” kata Mohammad Mu’min, ketua pelaksana.

Sang Pencerah Muslim

Ketua PC IPPNU Kabupaten Cirebon Nur Aida Fajriyanti menjelaskan, ketika kita mengetik kata kunci “pelajar” di mesin pencarian di internet yang muncul justru sisi negatif dari pelajar, dari tawuran hingga perkosaan di kalangan pelajar. Pelatihan ini, lanjut Aida, PC IPNU-IPPNU Kabupaten Cirebon melalui website sendiri ingin meminimalisasi kata-kata yang kurang baik di internet.

Sang Pencerah Muslim

“Peserta pelatihan ini nantinya akan menjadi admin dan pengelola website. Setiap bentuk tulisan dan kreativitas para pelajar di Cirebon bisa diakses melalui website tersebut,” jelas Aida.

Kemajuan teknologi sekarang dinilai memiliki banyak pengaruh di masyarakat, terutama melalui media sosial seperti Twitter, Facebook, BBM, dan sebagainya. Karena itu, pelatihan tersebut diharapkan mampu menyaingi konten tak negatif di dunia maya. (Red: Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Jadwal Kajian Sang Pencerah Muslim

Selasa, 17 Juli 2007

Ke(tidak)jelasan Sikap PMII terhadap NU

Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) yang akan diselenggarakan pada Agustus mendatang akan menjadi sejarah baru bagi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Bagaimana tidak, dalam Muktamar tersebut akan juga dibahas hubungan antara PMII dan NU, apakah PMII akan kembali kepada NU secara struktural atau justru PMII memilih berada di luar strukur NU. Tetapi, sejauh mana momentum yang akan menjadi sejarah bagi PMII dalam Muktamar NU tersebut sudah dipersiapkan dan dihadapi oleh PMII?

Desas-desus hubungan PMII-NU sebenarnya sudah lama diperbincangkan, bahkan dituangkan dalam bentuk tulisan di beberapa media. Pro-kontra terhadap status PMII yang akan menjadi bagian struktural NU, pun dijelaskan secara rasional sampai pada pernyataan sikap “iya atau tidak” . Dengan beberapa argumen tersebut tentu juga menjadi bagian pertimbangan dalam menyatakan sikap PMII terhadap NU.

Tetapi yang perlu digaris bawahi, argumen tersebut hanyalah bersifat personal. Penilaian antara kembali atau tidak PMII dalam struktur NU berdasarkan atas pengalaman pribadi dan beberapa catatan tentang sejarah PMII atau NU di banyak literasi. Dari dasar itulah, menjadi sangat penting pernyataan sikap secara konstitutif dari PMII sebagai organisasi apakah akan kembali ke NU atau justru tetap menjaga jarak secara struktural, dan berbaur secara kultural.

Ketakjelasan Sikap

Ke(tidak)jelasan Sikap PMII terhadap NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Ke(tidak)jelasan Sikap PMII terhadap NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Ke(tidak)jelasan Sikap PMII terhadap NU

Diakui atau tidak, kedekatan PMII dan NU ibarat ibu dan anak. Lahir dari rahim NU, PMII menjadi sayap kemahasiswaan NU untuk menyebarkan nilai-nilai ke-Islam-an ahlussunah wal jamaah (Aswaja) di tingkat universitas. Hubungan PMII dan NU dalam durasi waktu 1966-1970-an adalah dependensi. Baru pada tahun 1972, PMII mendeklarasikan diri menjadi organisasi independen di Malang akibat dari situasi politik di masa itu.

Kembalinya NU menjadi organisasi keagamaan dan kemasyarakatan (Kembali ke Khittah 1926) pada tahun 1984 di Situbondo, hubungan PMII dengan NU menjadi interdependensi. Tetapi, bagi NU hubungan interdependensi tidak menjadikan ia (sebagai ibu) lapang hati ‘melepas’ anaknya. Ada banyak asumsi, kenapa NU mengingikan PMII kembali dalam lingkaran strukturnya, yang salah satunya adalah kader muda NU (PMII) semakin liar, baik secara pemikiran maupun tindakan empirik keseharian.

Maka menjadi penting bagi NU merangkul PMII kembali. Sikap liar yang di maksud sebenarnya bukan berarti adanya indikasi PMII keluar dari nilai-nilai Aswaja (NU). PMII tidak pernah mejaga jarak dengan Aswaja (NU). PMII akan selalu dekat dengan ajaran kebenaran Aswaja.

Sang Pencerah Muslim

Adalah wajar PMII liar dalam konteks pemikiran, karena diakui atau tidak, PMII sebagai organisasi ekstra parlementer sudah seharusnya menggunakan logika ekstra parlementer. Sehingga, transformasi ajaran-ajaran Aswaja yang mencakup toleransi, seimbang, moderat, dan keadilan dalam perilaku sehari-hari berbeda antara PMII dan NU. Hemat penulis, adalah asumsi keliru jika liarnya PMII dalam konteks berpikir dan perilaku sehari-hari dianggap melenceng dari nilai-nilai Aswaja (NU).

Ilustrasi di atas tentunya sangat subjektif murni dari pengalaman penulis. Maka perlu adanya ketegasan sikap dari PMII sebagai organisasi terkait hubungan PMII dan NU yang akan dibahas pada Muktamar NU Agustus mendatang.

Sayangnya, di tengah munculnya perdebatan apakah kembali ke NU secara struktural atau tidak, responsifitas—terutama—pengurus besar sangat minus. Pengurus besar yang seharusnya merespons dengan cepat, malah justru tidak terlihat lamban. Hal ini menimbulkan sikap mengambang di tataran PMII, meskipun keputusan tersebut masih akan dinyatakan bulan Agustus mendatang.

Sejauh penagamatan penulis, terutama dalam memperoleh informasi terkait agenda pengurus besar dalam merumuskan PMII ke depan, tidak ada yang menyentuh akan perbincangan apakah PMII kembali atau tidak menjadi bagian struktural NU. Dalam website resmi PB PMII, pun penulis tidak menemukannya. Padahal, website tersebut adalah salah satu akses bagi penulis dan kader PMII yang berada jauh dalam pucuk pemimpin kepengurusan untuk mendapatkan informasi terkait PMII.

Sang Pencerah Muslim

Dengan demikian, penulis mengusulkan adanya pertemuan seluruh cabang PMII yang dikoordinir oleh PB PMII dalam rangka merumuskan sikap PMII terhadap NU. Keputusan tersebut harus merupakan keputusan seluruh kader PMII, baik kader baru sampai pada kader yang sudah menduduki posisi strategis dalam kepengurusan PMII. Hal ini menjadi penting karena PMII bukan milik segelintir “elit”, tetapi seluruh kader. Sehingga, rekomendasi yang nantinya akan diputuskan terkait sikap PMII terhadap NU, apakah kembali ke NU secara struktural adalah murni hasil dari pemikiran, ide, dan gagasan seluruh kader PMII.

Jangan sampai

Kejelasan sikap PMII apakah kembali atau tidak ke dalam struktural NU tidak hanya ditunggu-tunggu oleh NU, melainkan juga oleh seluruh kader PMII. Jarak waktu sampai bulan Agustus, di mana Muktamar NU akan diselenggarakan, sangat memungkinkan untuk mengakomodir seluruh pemikiran, ide, dan gagasan kader PMII dalam menyatakan sikap. Tetapi dengan adanya fakta di atas, menimbulkan beberapa kecurigaan yang seharusnya tidak perlu terjadi dalam konteks riil.

Asumsi penulis, waktu yang masih relatif panjang itu perlu digunakan semaksimal mungkin, sehingga memperoleh keputusan yang cukup menjadi representasi dari seluruh keinginan dan kebutuhan kader. Takutnya, jika tidak segera dimaksimalkan akan ada keputusan yang justru mendiskriminasi keinginan bahkan kebutuhan kader secara keseluruhan. Keputusan diskriminatif itu terjadi jika keputusan diambil secara sepihak. Sehingga, keputusan yang akan diambil tidak sesuai dengan keinginan seluruh kader (konsensus).

Artinya bahwa, persetujuan yang akan dihasilkan yang semestinya adalah hasil dari persetujuan seluruh kader, justru tidak melibatkan kader secara keseluruhan. Sehingga kader hanya menerima keputusan tanpa persetujuannya dengan adanya pemaksann dari pimpinan tertinggi. Maka dari itu, waktu yang relatif panjang ini harus segera digunakan untuk melakukan diskusi panjang. Sehingga, tidak ada lagi alasan, semisal dengan sempitnya waktu yang dimiliki sehingga hanya melibatkan pimpinan untuk memperoleh keputusan yang cepat.

Dalam pandangan Jurgen Habermas, sebuah persetujuan kehilangan cirinya sebagai keyakinan? bersama, begitu pihak-pihak yang mencapai persetujuan tersebut mengetahui bahwa persetujuan itu dihasilkan dari pemaksaan kehendak yang berasal dari luar proses itu (F. Budi Hardiman, 2009: 36).

Maka dari itu, sikap PMII terhadap NU tidak menginginkan adanya bentuk diskriminasi atau pemaksaan sehingga menciderai proses persetujuan yang akan dibawa dalam muktamar NU Agustus mendatang. Karena, persetujuan ini merupakan momentum bersejarah bagi PMII, apakah independensi, dependensi, atau interdependensi? Wallahu a’lam!

Ahmad Riyadi, Koordinator Penelitian dan Pengembangan PMII Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita, Jadwal Kajian Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock