Minggu, 24 September 2017

Politisasi Ayat dan Hadits dalam Sejarah Islam

Oleh Nadirsyah Hosen

Ibn Jarir al-Thabari (wafat 310H) adalah ulama salaf yang bukan saja seorang ahli tafsir dan mujtahid, tapi juga seorang ahli sejarah. Mazhab fiqihnya sudah punah ditelan zaman, namun kitab Tafsir al-Thabari yang ditulisnya masih menjadi rujukan utama di dunia Islam sampai saat ini.

Politisasi Ayat dan Hadits dalam Sejarah Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Politisasi Ayat dan Hadits dalam Sejarah Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Politisasi Ayat dan Hadits dalam Sejarah Islam

Dalam bidang sejarah beliau menulis 11 jilid kitab Tarikh al-Rusul wa al-Muluk (sejarah para rasul dan raja), yang lebih dikenal dengan Tarikh al-Thabari. Ini sebuah catatan berharga akan sejarah kekuasaan dalam dunia Islam. Sebelas jilid dalam bahasa Arab telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebanyak 40 jilid. Luar biasa! Sayangnya, tidak banyak di antara kita yang mau bersusah payah menelaah dokumen sejarah yang dicatat dengan detil dan teliti oleh Imam al-Thabari ini.

Mari kita buka jilid ke-10 halaman 54 . Ini kisah mengenai Khalifah Abbasiyah yang bernama al-Mutadhid Billah. Kita buka catatan al-Thabari pada tahun 284 H. Apa yang terjadi?

Sang Pencerah Muslim

?

? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Warga memberitakan bahwa dokumen yang melaknat Muawiyah atas perintah Khalifah al-Mutadhid akan dibacakan di masjid selepas shalat Jumat. Beredarnya berita tersebut membuat warga selepas shalat jadi ragu mendengar pembacaan doa karena khawatir dokumen itu akan dibacakan, namun kenyataannya itu tidak dibacakan. Disebutkan bahwa Khalifah al-Mutadhid telah memerintahkan untuk mengeluarkan dokumen yang dibuat di masa Khalifah Mamun yang melaknat Muawiyah. Perintah ini telah dilaksanakan. Sinopsis dari arsip lama itulah yang kemudian dijadikan materi untuk menyusun dokumen yang disampaikan kepada Khalifah al-Mutadhid.

Imam al-Thabari kemudian mencantumkan dokumen tersebut (sekitar 7 halaman) dalam kitab Tarikh-nya ini. Terlalu panjang kalau saya cantumkan semuanya di sini. Konteksnya adalah Muawiyah, Yazid dan Marwan yang menjadi cikal bakal berdirinya dinasti Umayyah dilaknat dan dicaci-maki oleh para Khalifah Abbasiyah. Perpindahan kekuasaan dua dinasti Islam ini juga memakan korban jiwa yang tak sedikit.

Saat Dinasti Umayyah berkuasa mimbar Jumat dikabarkan dipenuhi cacian akan Imam Ali bin Abi Thalib. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Azis dari dinasti Umayyah tradisi buruk itu dihentikan. Nah, di masa Khalifah al-Mutadhid (dinasti Abbasiyah) ancaman dari sisa-sisa keturunan dan pasukan Umayyah masih ada. Maka al-Mutadhid menggunakan tangan besi untuk melawan mereka, termasuk dengan menggunakan ayat dan hadits untuk melaknat pendiri dinasti Umayyah di atas.

Dalam dokumen yang dikutip Imam al-Thabari jelas tergambar politisasi agama demi mempertahankan kekuasaan. Sejumlah ayat dikutip seperti QS al-Isra ayat 60 yang menyebut pohon yang terkutuk, lantas oleh dokumen itu dikatakan bahwa tidak ada pertentangan maksudnya itu adalah Bani Umayyah. Kemudian mengutip riwayat yang mereka klaim dari Nabi ketika melihat Abu Sufyan naik keledai bersama Muawiyah dan Yazid, lantas Nabi berkata: "Allah melaknat pemimpin, yang menaiki dan yang mengendarai kuda" [maksudnya ketiga orang ini semua kena laknat oleh Nabi].

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?:

»? ? ? ? ? ? ? ? ? ? » ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ?.

Imam al-Thabari sebagai ahli tafsir tentu paham bahwa tafsiran di atas keliru. Begitu juga kutipan hadits bertentangan dengan fakta bahwa Yazid bin Muawiyah lahir setelah Nabi wafat, jadi tidak mungkin Nabi melihatnya naik kuda bersama kakek (Abu Sufyan) dan bapaknya (Muawiyah). Kutipan hadits bertebaran di dokumen ini mengenai kejelekan Abu Sufyan, Muawiyah dan juga Marwan.

? ? ? ? ? ? ? ? ?: «? ? ? ? ? ?» ? ? ? ? ? [? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ?] ?: ? ? ? ? ? ? ? [? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?] [? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ?

Dikabarkan bagaimana Nabi mendoakan Muawiyah agar perutnya tidak pernah kenyang, karena dua kali dipanggil menghadap Nabi, Muawiyah menolak karena sedang asyik makan. Atau dicantumkan riwayat lain seolah Nabi pernah bersabda: "jikalau engkau melihat Muawiyah berdiri di mimbarku, bunuhlah dia."

Tafsiran lain disampaikan mengenai lailatul qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Maksudnya menurut dokumen ini, lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan kekuasaan Umayyah. Kebetulan memang masa 90 tahun kekuasaan Umayyah itu sama dengan masa hitungan seribu bulan. Tapi apa hubungannya ayat lailatul qadar dengan masa kekuasaan Bani Umayyah? Pesan terselubungnya adalah umat jangan silau dengan panjangnya kekuasaan Umayyah. Nyambung atau enggak, ya itu urusan lain.

? ? ? ? ? ?: " ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Bahkan dokumen ini juga mengklaim adanya hadits marfu yang menyatakan Muawiyah akan berada di neraka paling bawah memanggil-manggil Allah: "Ya Hanan, Ya Manan" namun diberi jawaban "Nah sekarang [kamu percaya padaKu], sebelumnya kamu telah membuat kerusakan".

Dokumen yang penuh caci-maki terhadap lawan politik dengan mencantumkan penafsiran ayat dan riwayat yang diklaim berasal dari Nabi itu ditandatangani oleh Menteri Utama (Wazir) yaitu Abul Qasim Ubaidillah bin Sulayman. Sebelum diakhiri dokumen ini mencantumkan doa semoga Allah melaknat Abu Sufyan, Muawiyah, Yazid, Marwan dan anak keturunan mereka. Jadi bukan cuma Nabi, bahkan Allah pun mereka bawa-bawa untuk menyerang lawan politiknya.

Membaca dokumen yang dicantumkan Imam al-Thabari ini saya bergidik ngeri bagaimana efek kebencian yang sudah sampai pada puncaknya dan agama pun sudah dipolitisasi sedemikian rupa. Ternyata pelintirisasi dan politisasi ayat-hadits sudah berlangsung sejak lama. Inilah yang terjadi ketika kekuasaan berselingkuh dengan agama. Naudzubillah min dzalik.

Saya pun teringat puisi panutan saya al-Mukarram KH A Mustofa Bisri yang bikin air mata meleleh:

...

Di mana-mana sesama saudara

Saling cakar berebut benar

Sambil terus berbuat kesalahan

Quran dan sabdamu hanyalah kendaraan

Masing-masing mereka yang berkepentingan

Aku pun meninggalkan mereka

Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku

Aku merindukanmu, O, Muhammadku

.....



Penulis adalah Rais Syuriyah PCI Nahdlatul Ulama Australia - New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Indonesia Muhammadiyah Sang Pencerah Islam. Politisasi Ayat dan Hadits dalam Sejarah Islam di Sang Pencerah Muslim ini merupakan bukan asli tulisan admin, oleh karena itu cek link sumber.

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock