Semarang, Sang Pencerah Muslim. Pesantren sejak dulu merupakan lembaga pendidikan yang turut melahirkan karya tulis. Tak jarang, para kiai yang menekuni bidang tertentu mengabadikan gagasan dan wawasannya dalam bentuk sebuah kitab.
Tradisi Pesantren, Tradisi Menulis (Sumber Gambar : Nu Online) |
Tradisi Pesantren, Tradisi Menulis
"Tradisi pesantren adalah tradisi jurnalistik karena setiap yang ingin menjadi seorang ulama haruslah memiliki karya atau tulisan," kata salah seorang intelektual muda NU Zuhairi Misrawi saat mengisi pelatihan jurnalistik Majalah Santri di kampus IAIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/2).Kegiatan bertema ”Menegaskan Kembali Akar Jurnalistik Pesantren” ini diikuti dewan redaktur Majalah Santri dari 12 perguruan tinggi di Indonesia yang tergabung dalam Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA). Hadir dalam acara ini, Sekretaris Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Tengah yang juga Ketua Prodi Ilmu Falak IAIN Walisongo KH Arja Imroni.
Sang Pencerah Muslim
Dalam kesempatan tersebut, Zuhairi menjelaskan tentang kuatnya akar pesantren dalam tradisi kepenulisan. Ulama-ulama Nusantara dapat produktif menulis juga disebabkan kegigihan mereka dalam hal membaca banyak literatur. Teladan ini, menurut Zuhair, perlu terus dilestarikan.“Karena ketika mengiginkan menjadi penulis yang baik maka jadilah pembaca yang baik,” ujarnya.
Sang Pencerah Muslim
Pemimpin Umum Majalah Santri Surotul Ilmiyah menekankan pentingnya merawat budaya menulis dalam pesantren. Menurut dia, kegiatan menulis adalah tradisi positif yang diwariskan ulama sejak dulu. Pelatihan jurnalistik menjadi salah satu upaya merealisasikan dan membangkitkan semangat ini di lembaga pendidikan Islam tertua di Nusantara itu.Penulis: Mahbib Khoiron
Dari Nu Online: nu.or.id
Sang Pencerah Muslim Hadits, Ubudiyah, Internasional Sang Pencerah Muslim