Minggu, 13 November 2005

Selamatan Desa dan Halal Bihalal, Budaya Asli Indonesia

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim

Selamatan desa serta halal bihalal adalah dua budaya yang sangat kental dengan sejarah lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keduanya adalah budaya asli Indonesia yang tak lekang oleh zaman.

Hal tersebut disampaikan Mustasyar PCNU Kabupaten Probolinggo H Hasan Aminuddin saat menghadiri selamatan desa sekaligus halal bihalal Desa Jambangan, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, Jumat (14/7) sore.

Selamatan Desa dan Halal Bihalal, Budaya Asli Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Selamatan Desa dan Halal Bihalal, Budaya Asli Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Selamatan Desa dan Halal Bihalal, Budaya Asli Indonesia

Dalam kesempatan tersebut Hasan memberikan wawasan tentang asal muasal halal bihalal. Menurutnya, KH Abdul Wahab, seorang tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus pendiri Pondok Pesantren Tebuireng adalah pelopor budaya halal bihalal pada tahun 1948 silam.

Sang Pencerah Muslim

“Oleh sebab itu, kita masyarakat NU harus bangga dengan budaya ini dan sebagai penerus maka kita wajib untuk meramaikan kegiatan halal bihalal serta mempertahankannya sampai kapan pun,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Hasan, ada korelasi yang kuat antar budaya halal bihalal dan selamatan desa ini yakni untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah dan hablumminallah, karena hikmah dari selamatan desa adalah berdoa bersama untuk kemakmuran suatu desa.

“Senjata utama umat Islam adalah doa. Dan doa dari para sesepuh, alim ulama dan para habaib dalam tiap selamatan desa tentunya akan membawa barokah. Karena doa mereka istijabah bagi desa ini,” jelasnya.

Menyikapi tentang fenomena bergesernya akhlakul karimah generasi penerus bangsa pada era globalisasi ini, Hasan menyebut kurangnya kontrol dan teladan dari orang tuanya.

“Berilah contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Ajaklah mereka duduk bersama dan bicaralah dari hati ke hati agar apa yang kita sampaikan bisa masuk dan mengena pada hatinya. Insyaallah mereka akan mengingatnya sampai kapan pun,” terangnya.

Seiring dengan pesatnya peredaran gadget dengan segala fitur-fitur dan game yang disukai anak-anak saat ini pun diakui Hasan akan membawa dampak negatif bagi mereka. Dalam kesempatan itu Hasan memberikan solusi terbaik bagi para orang tua dalam menghadapi tren ini.

“Jangan dilarang, namun batasi dengan waktu yang jelas bagi anak-anak kita. Misalnya hanya Sabtu sampai dengan Minggu saja untuk bermain gadgetnya. Kemudian antarkan mereka mengaji Al-Quran di TPQ ataupun di mushala tiap hari selepas sekolah. Dengan menyibukkan mereka seperti ini keinginan mereka untuk memainkan gadgetnya akan teredam,” pungkasnya.

Sementara Penjabat Sementara (Pjs) Kepala Desa (Kades) Jambangan Ali Munip sangat mengapresiasi sinergitas antara pemerintah desa dan kecamatan bersama organisasi kemasyarakatan yang ada di tingkat kecamatan seperti GP Ansor dan Banser, sehingga giat yang melibatkan? seluruh elemen ini berjalan lancar. (Syamsul Akbar/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Ubudiyah, Kiai Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Indonesia Muhammadiyah Sang Pencerah Islam. Selamatan Desa dan Halal Bihalal, Budaya Asli Indonesia di Sang Pencerah Muslim ini merupakan bukan asli tulisan admin, oleh karena itu cek link sumber.

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock